Sunday, August 28, 2016

Budidaya – Pengolahan Hasil, Inovasi Buah Naga Kulonprogo

Budidaya buah naga dengan pot

Puding buah naga














Buah Naga (Dragon Fruit) menjadi buah favorit di tanah air beberapa tahun terakhir ini. Pada tahun 2003 lahan pasir pantai di Kabupaten Kulon Progo telah dikembangkan menjadi pertanian buah naga (cactaceae hylocereus). Buah yang konon aslinya dari Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Utara ini dikenal memiliki beberapa kelebihan. Selain kemampuan hidup pohon buah naga pada lahan kritis, khasiat yang terkandung pada buah naga juga dikenal mampu mengobati berbagai macam penyakit. Kandungan Buah naga yang kaya akan serat,vitamin, dan mineral diyakini mampu menyembuhkan penyakit kanker, diabetes melitus, jantung, stroke dan lain sebagainya. Pada awalnya buah naga banyak dipasarkan untuk ekspor dan kalangan tertentu di dalam negeri. Meski saat ini sudah banyak dijumpai di pasar swalayan, permintaan buah naga masih cukup tinggi. Buah naga biasanya dikonsumsi dalam bentuk buah segar sebagai penghilang dahaga karena buah naga mengandung kadar air tinggi sekitar 90% dari berat buah. Rasanya cukup manis karena mengandung kadar gula mencapai 13-18 briks. Buah naga juga dapat disajikan dalam bentuk jus, sari buah, manisan maupun selai atau beragam bentuk penyajian sesuai selera. Sentra budidaya Buah Naga di Indonesia juga masih relatif sedikit, salah satu sentra budidaya buah naga adalah Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta. Lahan pantai yang tandus di wilayah pantai Glagah Kulonprogo disulap menjadi kebun Buah naga yang sejuk. Bukan hanya sekedar sebagai kebun buah, namun juga difungsikan sebagai kawasan Agrowisata Buah Naga.
Agrowisata yang dikenal dengan nama Kusuma Wanadri ini merupakan rintisan dari Romo Paulus Tribarta Budiharjo sejak tahun 2003. Kini Agrowisata Buah Naga Kusuma Wanadri telah menjadi referensi dari investor atau orang yang ingin menekuni bisnis budidaya buah naga. Budidaya buah naga bisa dipanen dalam waktu enam sampai sembilan bulan. Masa panennya antara bulan Mei sampai September, dengan tingkat produktivitas buah naga setiap tiang mencapai 150- 200 kilogram per tahun. Setiap kilogramnya, dipatok Rp 25 ribu-30 ribu, tergantung jenis buah. Untuk buah merah, harga cenderung di pasar mengalami peningkatan. Kebun buah naga Kusumo Wanadri yang juga dijadikan sebagai kebun agrowisata ini, menempati lahan seluas 3,5 hektar (ha). Setiap hektar terdapat 1.500 tiang tanaman. Untuk pengembangan produksi, bekerjasama dengan petani binaan di Turi (Sleman), Sukoharjo, dan Banjarnegara. Sementara di luar Jawa juga dikembangkan di Aceh, Lombok, dan direncanakan di Papua. “Kita juga menyediakan bibit, untuk wisatawan yang datang,” jelas Andhra Pradesh Basar, pengelola kebun. Kusuma Wanadri juga melakukan inovasi produk. Saat ini telah diproduksi sirup buah naga yang diyakini memiliki khasiat dalam kesehatan. Setiap tiang bisa ditanaman 5-6 batang tanaman, yang akan terus berproduksi. “Perawatannya juga mudah, tinggal pemupukan dan penyiraman saja,” jelas Basar.

Syarat Tumbuh Buah Naga
Daniel (2003) menyimpulkan bahwa tanaman buah naga termasuk tanaman tropis dan sangat mudah beradaptasi pada berbagai lingkungan dan perubahan cuaca seperti sinar matahari, angin dan curah hujan. Berikut beberapa syarat agar buah naga tumbuh dengan baik :
·      Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini adalah sekitar 60 mm/bulan atau 720 mm/tahun. Pada curah hujan 600-1.300 mm/tahun pun tanaman ini masih dapat tumbuh. Namun, tanaman ini tidak tahan dengan genangan air. Hujan yang terlalu deras dan berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan yang ditandai dengan proses pembusukan akar yang terlalu cepat dan akhirnya merambat sampai kepangkal batang.
·      Intensitas sinar matahari yang disukainya sekitar 70- 80%. Tanaman ini sebaiknya ditanam dilahan yang tidak terdapat naungan, sirkulasi udaranya harus baik.
·      Pertumbuhan dan perkembanagan tanaman ini akan lebih baik ditanam di daerah dataran rendah antara 0-350 m dpal.
·      Drainase harus baik dan bersifat porous, karena tanaman ini tidak menyukai genangan.
·      Suhu udara ideal bagi tanaman ini antara 260 C-360 C dan kelembaban 70-90%. Sementara derajat keasaman (PH) tanah yang disukainya bersifat sedikit alkalis 6,5-7.
·      Agar tanaman tumbuh baik dan dapat memberikan hasil maksimal maka media tumbuhnya harus subur, gembur, dan mengandung bahan organik tinggi dengan kandungan kalsiumnya tinggi. Media tersebut tidak boleh mengandung garam.
·      Bahan organik ini berfungsi untuk menjaga kelembaban, menyangga kation dan aktivitas mikroorganisme, serta menyediakan hara. Beberapa bahan organik, mediapun perlu dicampur dengan bahan anorganik untuk memperlancar aerasi dan drainase serta mempertahankan dan mengubah sifat fisik media.
Lahan pasir pantai Glagah sampai Trisik termasuk jenis tanah regosol dan termasuk subordo Psamments yang mengandung pasir >95% mempunyai sifat yang kurang baik terutama struktur, konsistensi lepas, kurang baik menahan air, permeabilitas dan drainase sangat cepat yang menyebabkan tanah menjadi miskin kandungan hara. Oleh karena itu, tanaman buah naga (cactaceae hylocereus) yang ditanam di lahan pasir pantai harus ditambah tanah lempung dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Sutardi dkk. (2004) mengemukakan bahwa pupuk kandang atau bahan organik dapat berfungsi sebagai penyimpan air, menjaga kelembaban tanah, penghemat air penyiraman dan efisiensi penggunaan pupuk. Dengan demikian budi daya buah tersebut bisa dilakukan baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau karena drainasenya baik. Budi daya buah naga (cactaceae hylocereus) di lahan pasir pantai merupakan salah satu teknologi pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang kurang berpotensi menjadi lahan yang berpotensi. Budidaya buah naga (cactaceae hylocereus) merupakan salah satu alternatif usaha tani yang efisien, lestari, berkelanjutan dan berwawasan agrobisnis yang perlu dikembangkan. Komoditas tersebut memiliki kelebihan pada umur tanaman yang relatif panjang sampai dengan 15-20 tahun, selain itu juga dapat meningkatkan produktivitas lahan dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Budi daya buah tersebut didukung oleh PEMDA Kulonprogo untuk dikembangkan di lahan pasir pantai Glagah, Bugel dan Trisik. Dengan adanya kawasan pertanian tersebut, sekarang lahan pasir pantai Glagah telah menjadi kawasan wisata pertanian (agrowisata) buah naga (cactaceae hylocereus) yang mendukung area wisata pantai Glagah. Sementara di lahan pasir pantai Trisik dan Bugel baru saja dikembangkan. Berkembangnya budidaya buah naga di lahan pasir pantai diharapkan akan dapat membantu peningkatan produktivitas lahan dan meningkatkan pendapatan petani setempat. Pemanfaatan lahan pasir pantai bisa mengatasi keterbatasan lahan pertanian di Kulon Progo dan Bantul.
Sumber :
Cahyati, Ichda dkk. 2010. Teknologi Pengolahan Buah Naga Dan Diversifikasi Produk lahannya Sebagai Upaya Peningkatan Jiwa Kewirausahaan Di Smk Agriindustri. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
Daniel, K. 2003. Buah Naga: Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Penebar Swadaya, Jakarta. hlm. 5-7, 18 dan 55.
Riyantoro, Andri E. dan Amin Padmo Fitri. 2005. Pemanfaatan Lahan Pasir Pantai Untuk Budi Daya Buah Naga (Cactaceae Hylocereus). Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Yogyakarta. PKMI.3-8-1.


Artikel ditulis oleh : 
Zaenab Ajiyatin (14/369723/PN/13957)

1 comment:

  1. Nilai-nilai berita yang terkandung di dalam artikel ini antara lain:
    Proximity: tulisan ini dekat dengan petani karena membahas tentang potensi budidaya buah naga di lahan pasir pantai yang dapat membantu peningkatan produktivitas lahan dan meningkatkan pendapatan petani setempat.
    Importance: terdapat informasi mengenai syarat tumbuh buah naga yang bermanfaaat bagi petani untuk membudidayakan buah naga.
    Policy: budidaya buah naga di lahan pasir pantai telah didukung oleh PEMDA Kulonprogo untuk dikembangkan di lahan pasir pantai Glagah, Bugel dan Trisik. Dengan adanya kawasan pertanian tersebut, sekarang lahan pasir pantai Glagah telah menjadi kawasan wisata pertanian (agrowisata) buah naga (cactaceae hylocereus) yang mendukung area wisata pantai Glagah.
    Consequence: sekarang lahan pasir pantai Glagah telah menjadi kawasan wisata pertanian (agrowisata) buah naga (cactaceae hylocereus) yang mendukung area wisata pantai Glagah dan juga memanfaatkan lahan pasir pantai sehingga bisa mengatasi keterbatasan lahan pertanian di Kulon Progo dan Bantul. Komoditas (buah naga) tersebut memiliki kelebihan pada umur tanaman yang relatif panjang sampai dengan 15-20 tahun, selain itu juga dapat meningkatkan produktivitas lahan dan mempunyai nilai ekonomi tinggi.
    Conflict: Lahan pasir pantai Glagah sampai Trisik termasuk jenis tanah regosol dan termasuk subordo Psamments yang mengandung pasir >95% mempunyai sifat yang kurang baik terutama struktur, konsistensi lepas, kurang baik menahan air, permeabilitas dan drainase sangat cepat yang menyebabkan tanah menjadi miskin kandungan hara.
    Develoment: Budi daya buah tersebut didukung oleh PEMDA Kulonprogo untuk dikembangkan di lahan pasir pantai Glagah, Bugel dan Trisik. Dengan adanya kawasan pertanian tersebut, sekarang lahan pasir pantai Glagah telah menjadi kawasan wisata pertanian (agrowisata) buah naga (cactaceae hylocereus) yang mendukung area wisata pantai Glagah.
    Weather: tanaman buah naga termasuk tanaman tropis dan sangat mudah beradaptasi pada berbagai lingkungan dan perubahan cuaca seperti sinar matahari, angin dan curah hujan.
    Human Interest: Budidaya buah naga (cactaceae hylocereus) merupakan salah satu alternatif usaha tani yang efisien, lestari, berkelanjutan dan berwawasan agrobisnis yang perlu dikembangkan. Komoditas tersebut memiliki kelebihan pada umur tanaman yang relatif panjang sampai dengan 15-20 tahun, selain itu juga dapat meningkatkan produktivitas lahan dan mempunyai nilai ekonomi tinggi.

    Oleh: Imelda Novita Atitus (14/368195/PN/13870)

    ReplyDelete