Budidaya buah naga dengan pot |
Puding buah naga |
Buah
Naga (Dragon Fruit) menjadi buah favorit di tanah air beberapa tahun terakhir
ini. Pada tahun 2003 lahan pasir pantai di Kabupaten Kulon Progo telah dikembangkan
menjadi pertanian buah naga (cactaceae
hylocereus). Buah yang konon aslinya dari Meksiko, Amerika Tengah, dan
Amerika Utara ini dikenal memiliki beberapa kelebihan. Selain kemampuan hidup pohon
buah naga pada lahan kritis, khasiat yang terkandung pada buah naga juga
dikenal mampu mengobati berbagai macam penyakit. Kandungan Buah naga yang kaya
akan serat,vitamin, dan mineral diyakini mampu menyembuhkan penyakit kanker,
diabetes melitus, jantung, stroke dan lain sebagainya. Pada awalnya buah naga
banyak dipasarkan untuk ekspor dan kalangan tertentu di dalam negeri. Meski
saat ini sudah banyak dijumpai di pasar swalayan, permintaan buah naga masih
cukup tinggi. Buah naga biasanya dikonsumsi dalam bentuk buah segar sebagai penghilang
dahaga karena buah naga mengandung kadar air tinggi sekitar 90% dari berat
buah. Rasanya cukup manis karena mengandung kadar gula mencapai 13-18 briks.
Buah naga juga dapat disajikan dalam bentuk jus, sari buah, manisan maupun
selai atau beragam bentuk penyajian sesuai selera. Sentra budidaya Buah Naga di
Indonesia juga masih relatif sedikit, salah satu sentra budidaya buah naga
adalah Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta. Lahan pantai yang tandus di wilayah
pantai Glagah Kulonprogo disulap menjadi kebun Buah naga yang sejuk. Bukan
hanya sekedar sebagai kebun buah, namun juga difungsikan sebagai kawasan
Agrowisata Buah Naga.
Agrowisata
yang dikenal dengan nama Kusuma Wanadri ini merupakan rintisan dari Romo Paulus
Tribarta Budiharjo sejak tahun 2003. Kini Agrowisata Buah Naga Kusuma Wanadri
telah menjadi referensi dari investor atau orang yang ingin menekuni bisnis
budidaya buah naga. Budidaya buah naga bisa dipanen dalam waktu enam sampai
sembilan bulan. Masa panennya antara bulan Mei sampai September, dengan tingkat
produktivitas buah naga setiap tiang mencapai 150- 200 kilogram per tahun.
Setiap
kilogramnya, dipatok Rp 25 ribu-30 ribu, tergantung jenis buah. Untuk buah
merah, harga cenderung di pasar mengalami peningkatan. Kebun buah naga Kusumo
Wanadri yang juga dijadikan sebagai kebun agrowisata ini, menempati lahan
seluas 3,5 hektar (ha). Setiap hektar terdapat 1.500 tiang tanaman. Untuk
pengembangan produksi, bekerjasama dengan petani binaan di Turi (Sleman),
Sukoharjo, dan Banjarnegara. Sementara di luar Jawa juga dikembangkan di Aceh,
Lombok, dan direncanakan di Papua. “Kita juga menyediakan bibit, untuk wisatawan
yang datang,” jelas Andhra Pradesh Basar, pengelola kebun. Kusuma Wanadri juga
melakukan inovasi produk. Saat ini telah diproduksi sirup buah naga yang
diyakini memiliki khasiat dalam kesehatan. Setiap tiang bisa ditanaman 5-6
batang tanaman, yang akan terus berproduksi. “Perawatannya juga mudah, tinggal
pemupukan dan penyiraman saja,” jelas Basar.
Syarat Tumbuh Buah Naga
Daniel
(2003) menyimpulkan bahwa tanaman buah naga termasuk tanaman tropis dan sangat
mudah beradaptasi pada berbagai lingkungan dan perubahan cuaca seperti sinar
matahari, angin dan curah hujan. Berikut beberapa syarat agar buah naga tumbuh
dengan baik :
· Curah
hujan yang ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini adalah sekitar
60 mm/bulan atau 720 mm/tahun. Pada curah hujan 600-1.300 mm/tahun pun tanaman
ini masih dapat tumbuh. Namun, tanaman ini tidak tahan dengan genangan air.
Hujan yang terlalu deras dan berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan yang
ditandai dengan proses pembusukan akar yang terlalu cepat dan akhirnya merambat
sampai kepangkal batang.
· Intensitas
sinar matahari yang disukainya sekitar 70- 80%. Tanaman ini sebaiknya ditanam
dilahan yang tidak terdapat naungan, sirkulasi udaranya harus baik.
· Pertumbuhan
dan perkembanagan tanaman ini akan lebih baik ditanam di daerah dataran rendah
antara 0-350 m dpal.
· Drainase
harus baik dan bersifat porous, karena tanaman ini tidak menyukai genangan.
· Suhu
udara ideal bagi tanaman ini antara 260 C-360 C dan kelembaban 70-90%.
Sementara derajat keasaman (PH) tanah yang disukainya bersifat sedikit alkalis
6,5-7.
· Agar
tanaman tumbuh baik dan dapat memberikan hasil maksimal maka media tumbuhnya
harus subur, gembur, dan mengandung bahan organik tinggi dengan kandungan
kalsiumnya tinggi. Media tersebut tidak boleh mengandung garam.
· Bahan
organik ini berfungsi untuk menjaga kelembaban, menyangga kation dan aktivitas
mikroorganisme, serta menyediakan hara. Beberapa bahan organik, mediapun perlu
dicampur dengan bahan anorganik untuk memperlancar aerasi dan drainase serta
mempertahankan dan mengubah sifat fisik media.
Lahan
pasir pantai Glagah sampai Trisik termasuk jenis tanah regosol dan termasuk
subordo Psamments yang mengandung pasir >95% mempunyai sifat yang kurang
baik terutama struktur, konsistensi lepas, kurang baik menahan air, permeabilitas
dan drainase sangat cepat yang menyebabkan tanah menjadi miskin kandungan hara.
Oleh karena itu, tanaman buah naga (cactaceae
hylocereus) yang ditanam di lahan pasir pantai harus ditambah tanah lempung
dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Sutardi dkk. (2004) mengemukakan
bahwa pupuk kandang atau bahan organik dapat berfungsi sebagai penyimpan air,
menjaga kelembaban tanah, penghemat air penyiraman dan efisiensi penggunaan
pupuk. Dengan demikian budi daya buah tersebut bisa dilakukan baik pada musim hujan
maupun pada musim kemarau karena drainasenya baik. Budi daya buah naga (cactaceae hylocereus) di lahan pasir
pantai merupakan salah satu teknologi pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang
kurang berpotensi menjadi lahan yang berpotensi. Budidaya buah naga (cactaceae hylocereus) merupakan salah
satu alternatif usaha tani yang efisien, lestari, berkelanjutan dan berwawasan
agrobisnis yang perlu dikembangkan. Komoditas tersebut memiliki kelebihan pada
umur tanaman yang relatif panjang sampai dengan 15-20 tahun, selain itu juga dapat
meningkatkan produktivitas lahan dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Budi daya
buah tersebut didukung oleh PEMDA Kulonprogo untuk dikembangkan di lahan pasir
pantai Glagah, Bugel dan Trisik. Dengan adanya kawasan pertanian tersebut,
sekarang lahan pasir pantai Glagah telah menjadi kawasan wisata pertanian
(agrowisata) buah naga (cactaceae
hylocereus) yang mendukung area wisata pantai Glagah. Sementara di lahan
pasir pantai Trisik dan Bugel baru saja dikembangkan. Berkembangnya budidaya
buah naga di lahan pasir pantai diharapkan akan dapat membantu peningkatan produktivitas
lahan dan meningkatkan pendapatan petani setempat. Pemanfaatan lahan pasir
pantai bisa mengatasi keterbatasan lahan pertanian di Kulon Progo dan Bantul.
Sumber :
Cahyati,
Ichda dkk. 2010. Teknologi
Pengolahan Buah Naga Dan Diversifikasi Produk lahannya Sebagai Upaya
Peningkatan Jiwa Kewirausahaan Di Smk Agriindustri.
Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
Daniel, K. 2003.
Buah Naga: Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Penebar Swadaya, Jakarta.
hlm. 5-7, 18 dan 55.
Riyantoro, Andri
E. dan Amin Padmo Fitri. 2005. Pemanfaatan Lahan Pasir Pantai Untuk Budi
Daya Buah Naga (Cactaceae Hylocereus). Pendidikan Geografi, Universitas
Negeri Yogyakarta. PKMI.3-8-1.
http://tipspetani.blogspot.co.id/2012/03/budidaya-buah-naga-di-lahan-kritis.html
(diakses pada 27/8/2016).
https://kulonprogonews.wordpress.com/2011/01/27/permintaan-buah-naga-meningkat/
(diakses pada 27/8/2016).
Artikel ditulis oleh :
Zaenab Ajiyatin (14/369723/PN/13957)
Nilai-nilai berita yang terkandung di dalam artikel ini antara lain:
ReplyDeleteProximity: tulisan ini dekat dengan petani karena membahas tentang potensi budidaya buah naga di lahan pasir pantai yang dapat membantu peningkatan produktivitas lahan dan meningkatkan pendapatan petani setempat.
Importance: terdapat informasi mengenai syarat tumbuh buah naga yang bermanfaaat bagi petani untuk membudidayakan buah naga.
Policy: budidaya buah naga di lahan pasir pantai telah didukung oleh PEMDA Kulonprogo untuk dikembangkan di lahan pasir pantai Glagah, Bugel dan Trisik. Dengan adanya kawasan pertanian tersebut, sekarang lahan pasir pantai Glagah telah menjadi kawasan wisata pertanian (agrowisata) buah naga (cactaceae hylocereus) yang mendukung area wisata pantai Glagah.
Consequence: sekarang lahan pasir pantai Glagah telah menjadi kawasan wisata pertanian (agrowisata) buah naga (cactaceae hylocereus) yang mendukung area wisata pantai Glagah dan juga memanfaatkan lahan pasir pantai sehingga bisa mengatasi keterbatasan lahan pertanian di Kulon Progo dan Bantul. Komoditas (buah naga) tersebut memiliki kelebihan pada umur tanaman yang relatif panjang sampai dengan 15-20 tahun, selain itu juga dapat meningkatkan produktivitas lahan dan mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Conflict: Lahan pasir pantai Glagah sampai Trisik termasuk jenis tanah regosol dan termasuk subordo Psamments yang mengandung pasir >95% mempunyai sifat yang kurang baik terutama struktur, konsistensi lepas, kurang baik menahan air, permeabilitas dan drainase sangat cepat yang menyebabkan tanah menjadi miskin kandungan hara.
Develoment: Budi daya buah tersebut didukung oleh PEMDA Kulonprogo untuk dikembangkan di lahan pasir pantai Glagah, Bugel dan Trisik. Dengan adanya kawasan pertanian tersebut, sekarang lahan pasir pantai Glagah telah menjadi kawasan wisata pertanian (agrowisata) buah naga (cactaceae hylocereus) yang mendukung area wisata pantai Glagah.
Weather: tanaman buah naga termasuk tanaman tropis dan sangat mudah beradaptasi pada berbagai lingkungan dan perubahan cuaca seperti sinar matahari, angin dan curah hujan.
Human Interest: Budidaya buah naga (cactaceae hylocereus) merupakan salah satu alternatif usaha tani yang efisien, lestari, berkelanjutan dan berwawasan agrobisnis yang perlu dikembangkan. Komoditas tersebut memiliki kelebihan pada umur tanaman yang relatif panjang sampai dengan 15-20 tahun, selain itu juga dapat meningkatkan produktivitas lahan dan mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Oleh: Imelda Novita Atitus (14/368195/PN/13870)